Adakah kehidupan di Planet Lain?

Allah menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan Petunjuk-Nya, sehingga manusia tidak perlu
repot-repot mencari atau menyusun Hukum dalam menjalani hidupnya, bahkan tinggal meneliti dan
mempelajari Petunjuk Allah untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan Hukum Allah itu
menerangkan hal-hal yang berlaku sampai nanti kehidupan di Akhirat.
Dalam era globalisasi dan informasi sudah saatnya bagi umat Islam untuk berpikir kritis dan dinamis demi
kemajuan Islam. Hal yang perlu dipahami bahwa sesungguhnya Al Qur?an bukan hanya menerangkan
ibadah saja, tetapi lebih jauh dia juga menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu tingkat tinggi
yang justru lebih lengkap dan sempurna. Akan tetapi selama ini yang dipelajari para ilmuwan Muslim baru
sebatas hal yang berkaitan dengan ibadah, dikiranya Al Qur?an tidak mampu menerangkan hal-hal
berkaitan dengan segala yang ada di semesta. Padahal kalau Al Qur?an dipahami dengan
sungguh-sungguh maka akan muncul Sarjana-sarjana Al Qur?an dari berbagai disiplin ilmu yang
berkualitas tinggi dan handal. Dengan begitu Ilmu Pengetahuan akan maju pesat sejalan dengan tingkat
kemampuan dalam pemahaman Al Qur?an oleh para pemeluk Islam atau para Ilmuwan itu sendiri.
Kenapa demikian? Karena proses dan langkah yang dilakukan oleh orang yang memahami Al Qur?an
akan berbeda dengan yang tidak memahami. Setiap orang Islam yang memahami Al Qur?an dalam
melakukan penelitian tentang apapun senantiasa mendasarkan Petunjuk Allah dalam Al Qur?an,
sehingga semuanya akan berjalan dengan kepastian dan tidak meraba-raba. Sementara orang yang
tidak mengenal Al Qur?an akan berjalan dengan mencari-cari dan meraba-raba walaupun akhirnya
diantara mereka juga ada yang menemukan tapi prosesnya sangat panjang dan cukup lama.
Al Qur?an merupakan wahyu dari Allah yang sengaja diturunkan sebagai petunjuk bagi semua manusia
sampai akhir zaman. Petunjuk itu meliputi ibadah, muamalah dan juga tentang berbagai Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi tingkat tinggi termasuk didalamnya tentang ruang angkasa. Namun pada
umumnya manusia kurang mengerti makna dari petunjuk itu, sehingga mereka memahami dengan
cara-cara tradisional dengan melakukan upacara-upacara tertentu secara turun temurun, secara hafalan
tanpa mengetahui apa yang mereka hafal itu. Cara seperti itu berjalan sangat lamban tanpa
perkembangan bahkan cenderung mundur. Hal seperti itu sudah berjalan cukup panjang selama ratusan
atau mungkin sudah ribuan tahun, karena memang Al Qur?an diturunkan hampir 1.500 tahun yang lalu.
Sebagai bahan pemikiran maka perhatikan petunjuk Allah SWT berikut ini:
*Surat Al-Maidah (5) ayat 3:
Hari ini kami sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan nikmat-Ku untukmu dan Aku ridho Islam
menjadi agamamu?..
*Surat Al-An?am (6) ayat 115
Dan selesailah (sempurnalah) Kalimat Tuhanmu dengan benar dan adil, tiada perubahan bagi
Kalimat-Nya. Dia mendengar mengetahui.
*Surat Ar-Rum (30) ayat 30
Dirikanlah wajahmu untuk agama itu sempurnanya, fitrah Allah yang memfitrahkan manusia atasnya,
tiada perubahan bagi ciptaan Allah, itulah agama yang kokoh (tegak). Tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
*Surat At-Taubah (9) ayat 32
Mereka ingin memadamkan Nur (petunjuk) Allah dengan mulut mereka dan Allah menolak kecuali
menyelesaikan petunjuk-Nya, walaupun orang-orang kafir merasa benci.
*Surat An-Nahl (16) ayat 89
Pada hari Kami bangkitkan pada setiap umat, pemberi bukti atas mereka dari diri mereka, dan Kami
datangkan kamu pemberi bukti atas orang-orang itu. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al Qur?an) yang
menerangkan atas tiap sesuatu serta petunjuk dan rahmat dan kegembiraan bagi Muslimin.
Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah dipahami bahwa sesungguhnya Al Qur?an itu telah lengkap,
sempurna, benar dan adil tidak ada perubahan sepanjang masa serta menerangkan semua persoalan
yang ada di semesta raya ini. Namun kebanyakan manusia belum sepenuhnya mengakui dan meyakini
atas kebenaran Al Qur?an, karena minimnya informasi yang diperoleh dari Ayat-ayat Al Qur?an. Sebagian
dari umat Islam sendiri masih berpendapat bahwa Al Qur?an belum lengkap karena masih bersifat global,
padahal Al Qur?an sendiri menyatakan lengkap sempurna.
Jika orang diberi informasi tentang Al Qur?an umumnya mereka menolak dengan alasan yang tidak logis.
Seharusnya kalau kita belum sanggup untuk memahami dengan benar janganlah cepat-cepat membuat
vonis bahwa dalam Al Qur?an tidak ada dalilnya, justru kita dituntut untuk lebih giat meneliti agar
memperoleh keterangan yang logis sesuai dengan maksud yang sebenarnya, karena pemahaman
manusia itu berkembang sesuai dengan tingkat peradaban yang berlaku secara bertahap.
Misalnya tentang adanya masyarakat manusia di planet lain di luar Bumi ini, orang-orang barat begitu
serius mengadakan penelitian dengan biaya yang sangat mahal dan mereka yakin bahwa diluar Bumi ini
pasti ada kehidupan atau ada makhluk hidup. Padahal sebenarnya jauh-jauh sebelumnya Al Qur?an telah
memberikan informasi yang menunjukkan bahwa di planet selain Bumi ini juga telah berkembang
masyarakat manusia seperti halnya di Bumi ini. Sementara para ilmuwan muslim hanya bertindak selaku
penonton dan menunggu hasil penelitian orang Barat.
Sebenarnya sejak 15 abad yang lalu Al Qur?an telah menerangkan berbagai persoalan yang ada di jagad
raya ini, cuma masalahnya sistem pendidikan yang selama ini diajarkan hanyalah berupa hafalan-hafalan
sehingga pada umumnya anak didik kita banyak yang tidak bisa memahami tentang sesuatu. Seringkali
orang dipaksa untuk percaya begitu saja secara taklid buta walaupun kadang-kadang keterangan yang
disampaikan tidak sejalan dengan pemikiran secara wajar. Ironisnya para Sarjana kitapun masih banyak
yang kurang kritis dan teliti, bahkan mereka juga mengikuti pemahaman ratusan atau bahkan ribuan
tahun yang lalu, sehingga posisi kita sering selalu ketinggalan, terutama dalam hal Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
Bahkan tidak jarang para ?Ulama kita pun dalam menjelaskan tentang sesuatu sering menemui jalan
buntu dan terbentur pada hal-hal yang tidak terjawab, akibatnya orang hanya percaya tanpa mengerti
yang dipercayai bahkan sering bertentangan dengan alam pikirannya sendiri. Padahal yang namanya
?SOAL? pasti ada ?JAWABNYA?, maka sekali lagi bahwa Al Qur?an pasti bisa menjawab segala persoalan
(periksa kembali Surat An-Nahl (16) ayat 89).
Selama ini kita telah terkunci oleh doktrin-doktrin (ajaran) yang disampaikan oleh orang tua kita, atau
seorang yang dituakan, para guru atau Mubaligh, Kyai dan yang sejenis itu. Karena umumnya orang
beranggapan bahwa apapun yang disampaikan oleh mereka itu pasti benar dan tidak pernah ada yang
salah. Kalau kita mau memperhatikan kondisi di sekitar kita, bahwa saat sekarang ini umat Islam bahkan
para Da?i kita pun jarang sekali menggunakan Al Qur?an sebagai rujukan dalam menjawab setiap
persoalan.
BENARKAH ADA KEHIDUPAN MANUSIA DI PLANET LAIN?
Jika hal ini ditanyakan kepada seseorang di antara kita, ternyata satu sama lain memberikan jawaban
yang berbeda. Tetapi kebanyakan di antara mereka memberikan jawaban tidak ada, belum yakin,
ragu-ragu karena dikatakan oleh mereka bahwa sekarang ini Amerika atau orang Barat belum
menemukan. Inilah kenyataan yang terjadi, bahwa orang cenderung lebih percaya kepada orang Amerika
daripada kepada Wahyu yang ada dalam Al Qur?an.
Hal demikian memang wajar-wajar saja, karena:
1. Pihak Amerika-lah yang memang getol mengadakan penelitian tentang keadaan ruang angkasa, maka
mereka yang dianggap lebih mengetahui kondisi ruang angkasa itu.
2. Dari hasil penelitian pihak Amerika maupun Negara lain yang juga menyelidiki ruang angkasa belum
ada tanda-tanda tentang kehidupan di luar Bumi ini.
3. Para ilmuwan Muslim sendiri hampir tidak ada yang mengadakan penelitian ke ruang angkasa,
sehingga mereka lebih baik menunggu hasil penelitian mereka.
4. Para ilmuwan Muslim dalam penyelidikan tentang Al Qur?an barangkali masih belum menyeluruh,
sehingga kalau diberi informasi tentang Kitab Sucinya sendiri masih ragu, bahkan cenderung menolak
karena kata mereka di Al Qur?an tidak ada yang menyatakan begitu.
Itulah fenomena yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama masyarakat Islam sendiri karena
kurangnya informasi tentang Al Qur?an, tetapi anehnya kalau diberi tahu tentang Al Qur?an juga belum
tentu mau menerima atau paling tidak merupakan bahan kajian, tetapi itulah faktanya. Sementara bagi
orang-orang yang memang benar-benar beriman kepada penjelasan Allah yang disampaikan oleh Nabi
tentu menanyakan kepada Nabi. Akan tetapi karena sekarang Nabi sudah tiada, maka kita harus
menanyakan kepada yang mengutus Nabi yaitu Allah dimana Allah telah menjelaskan semua itu melalui
Wahyu dalam Al Qur?an.
Memang dalam menanggapi keterangan yang sangat mengejutkan ini haruslah dengan kejernihan hati,
dan jangan ditanggapi dengan keangkuhan kepala (otak), dengan hati yang jernih, maka kepala pun
akan dingin. Ada beberapa hal yang perlu dipahami secara cermat dan hati-hati agar kita benar-benar
memperoleh pengertian yang sewajarnya dan dimengerti oleh semua pihak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pengertian tentang DUNIA.
2. Pengertian tentang SAMA?/SAMAWAT.
3. Pengertian tentang DABBAH.
DUNIA
Selama ini orang menganggap seolah-olah yang dimaksud dunia ini hanyalah Bumi ini saja, padahal
dunia itu begitu luasnya, sedangkan Bumi ini hanyalah merupakan debu yang sangat kecil jika
dibandingkan dengan dunia. Dunia adalah semesta raya ini dan bukannya hanya Bumi saja, karena itu
kalau kita sering mendengar bahwa dunia ini nantinya akan dihancurkan pada hari kehancuran total
dengan istilah ?Yaumus Sa?ah?, maka yang dihancurkan bukan hanya Bumi ini, tetapi seluruh jagad raya
yang ada di semesta ini.
Semesta raya ini terdiri dari milyaran Bintang, setiap Bintang di angkasa merupakan satu solar sistem
(Tata Surya). Oleh karena itu hendaklah kita merubah cara berpikir dalam memahami suatu persoalan
sehingga pengertian itu bisa diterima oleh pikiran secara wajar dan sejalan dengan ilmu pengetahuan.
Informasi yang selama ini telah berkembang di kalangan masyarakat, baik masyarakat Islam maupun
umum bahwa Hari Qiyamat itu adalah hari kehancuran total, padahal pengertian seperti itupun harus
diadakan koreksi, agar bisa dipahami secara rasional. Sehubungan dengan hari kehancuran total ada
dua istilah yang harus dipahami dengan hati yang jernih yaitu: Yaumul Qiyamah dan Yaumus Sa?ah.
Qiyam artinya ?berdiri? sedangkan Sa?ah artinya ?waktu?. Maka Hari Qiyamat adalah suatu hari berdiri
atau hari kebangkitan di akhirat nanti, maka dia bukanlah hari kehancuran total. Sedangkan Sa?ah yaitu
hari dimana yang hidup ini akan mati, termasuk dunia atau jagad raya ini akan dihancurkan maka itulah
yang dimaksud dengan Yaumus Sa?ah atau hari kehancuran total tadi. Maka antara Hari kehancuran total
dengan hari kiamat jelas waktunya sangat berbeda. Pemahaman demikian juga termasuk point tentang
pengertian suatu istilah dalam Ayat Al Qur?an. Jika dalam memahami suatu istilah kurang tepat maka
akan terjadi kesalahan dalam penentuan kesimpulan.
Maka semakin jelas bahwa yang dimaksud dengan DUNIA adalah semesta raya ini atau jagad raya ini
dan bukan Bumi ini saja. Sebagai bahan penganalisaan perhatikan petunjuk Allah dalam surat Al-Mulk
(67) ayat 5 berikut ini :
*Terjemahan Departemen Agama RI. Pelita II/1977-1978:
Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat pelempar setan. Dan Kami sediakan mereka siksa Neraka yang menyela-nyala.
*Terjemahan Lembaga Percetakan Al Qur?an Raja Fahd di Madinah al Munawarah; Surat Mulk ayat
5, hal 956:
Sesungguhnya Kami telah menghiasai langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan
bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa Neraka yang
menyala-nyala.
*Selanjutnya terjemahan Proff. Mahmud Yunus, penerbit Alma ?Arif, Bandung:
Sesungguhnya Kami hiasi langit yang hampir ke dunia dengan beberapa pelita (bintang-bintang) dan
Kami jadikan tahi-tahi bintang untuk pelempar syetan-syetan, dan Kami sediakan untuk mereka siksa
neraka.
Secara wajar Ayat tersebut sebaiknya diartikan sebagai berikut: ?Dan sungguh Kami hiasi ANGKASA
DUNIA = angkasanya semesta raya (langitnya semesta raya ini) dengan bintang-bintang (pelita-pelita)
dan Kami jadikan dia (bintang-bintang itu) ancaman (rujuman) bagi setan-setan. Dan kami sediakan atas
mereka siksa yang membakar?.
Jika ?sama?a dunya? diartikan dengan ?langit yang dekat dengan Bumi? atau ?langit yang hampir ke dunia?
maka langit manakah yang jauh dari dunia, atau bahkan pengertian dunia seolah-olah hanyalah Bumi ini.
Maka semestinya dia harus diartikan ?angkasa dunia?, dia adalah angkasanya atau langitnya semesta
raya ini dan bukan hanya langitnya Bumi.
Jadi petunjuk Allah pada surat Al-Mulk (67) ayat 5 tersebut diatas memberikan penjelasan kepada
manusia bahwa semua bintang-bintang itu merupakan hiasan yang sangat indah yang ada di angkasa
atau langitnya dunia atau langitnya semesta raya. Coba perhatikan ketika malam hari betapa jumlah
bintang yang milyaran itu tak terhitung banyaknya, sangat indah menghiasi angkasa (langit) di semesta
raya jika dipandang dari Bumi maupun dari planet lain. Semua bintang itu tidak hanya diatas Bumi saja
tetapi tersebar di seluruh jagad raya, maka benarlah kalau demikian bahwa yang dimaksud dengan dunia
adalah seluruh jagad raya ini, karenanya kalau nanti dunia akan dihancurkan pada Hari Sa?ah adalah
seluruhnya bukan hanya Bumi.
Kemudian dalam Ayat tersebut diatas dijelaskan bahwa bintang-bintang itu merupakan ancaman bagi
setan-setan, tentunya nanti di Akhirat dan bukannya sebagai pelempar setan. Kapan Allah pernah
melempar setan dengan bintang yang sangat besar itu? Padahal keadaan bintang itu sama dengan
Surya (Matahari) kita, maka setan mana yang dilempar dengan benda sebesar itu. Untuk memahami
pengertian tentang setan maka perhatikanlah petunjuk Allah berikut ini:
*Surat Al-Baqoroh (2) ayat 14
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ?Kami telah
beriman.? Dan bila mereka berlalu kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ?Sesungguhnya
kami bersama dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.
*Surat Al-An?am (.6) ayat 112
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia
dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka mewahyukan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang mewah fatamorgana. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan
Dari dua ayat diatas dapat dipahami bahwa setan itu adalah terdiri dari setan jin dan setan manusia,
maka dia adalah sifat yang dimiliki oleh jin dan manusia yang senantiasa melanggar atau menolak
hukum-hukum Allah, karena itu setan-setan itu diancam dengan Neraka (API) tetapi itu baru ancaman,
dan pelaksanaannya adalah nanti di Akhirat. Tentunya yang berlaku bagi manusia bukanlah setan jin
tetapi setan manusia, karena itu banyak Ayat yang menyatakan bahwa setan itu adalah musuh nyata
bagimu, artinya setan itu nyata dan kongkrit berupa setan manusia yang senantiasa menentang hukum
Allah dan mengajak manusia lain untuk kafir atau menolak.
Maka yang dimaksud dengan dunia bukanlah hanya Bumi ini tetapi seluruh semesta atau jagad raya.
Kalau ada orang mengatakan bahwa hidup di dunia ini, berarti hidup di jagad raya ini dan bukan hanya di
Bumi saja. Kalau dunia akan dihancurkan, maka yang dihancurkan bukan hanya Bumi ini saja tetapi
seluruh semesta. Sedangkan Bumi ini hanyalah salah satu planet dari anggota Tata Surya kita,
sedangkan Tata Surya kita ini hanyalah merupakan gugus Bima Sakti berarti hanya bagian kecil dari
Bima Sakti itu.
Coba kita perhatikan ada berapa Galaksi di angkasa itu yang di dalamnya ada milyaran bintang-bintang,
untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau dibiarkan kosong tanpa penghuni, Mubazirkan ? padahal
semua itu diciptakan Allah bukan untuk main-main ?
SAMA?/SAMAWAT
Memang benar bahwa berdasarkan arti bahasa bahwa Samawat adalah bentuk jamak dari Sama? yang
pada umumnya diartikan ?langit? atau ?angkasa?. Namun sejalan dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, maka sama? belum tentu selalu berarti langit. Sedangkan yang dimaksud
langit adalah awang-awang kosong begitu luasnya. Tiap-tiap planet memiliki langit, sedangkan
planet-planet itu tak terhitung jumlahnya di semesta raya ini. Di dalam wilayah Tata Surya kita saja ada
10 planet dan baru 9 yang diketemukan dan masing-masingnya memiliki langit.
Sebagai ilustrasi kami berikan keterangan lain yang hampir mempunyai nilai pandang yang sama. Kalau
orang membuat balai untuk tempat tidur yang terbuat dari kayu biasa (bukan Spring Bed) maka ketika
tempat tidur itu dipasang, dibawahnya ada suatu ruangan yang biasa disebut ?kolong? atau orang Jawa
bilang ?longan?. Ketika orang sedang membuat balai tempat tidur tadi, maka dia sama sekali tidak
merencanakan untuk membuat kolong atau longan tadi. Tetapi setelah tempat tidur itu dipasang maka
mau tidak mau longan atau kolong itu pasti jadi dengan sendirinya. Dan kalau tempat tidur itu dibongkar
maka longan tadi pun akan hilang dengan sendirinya.
Ilustrasi ini seperti halnya langit tadi. Ketika dulunya semesta raya ini belum ada yang ada hanyalah
kekosongan, dan tidak ada yang namanya langit. Tetapi setelah Allah menciptakan seluruh bintang dan
planet-planet itu maka muncullah yang namanya langit tadi. Akan tetapi kalau nantinya Allah menggulung
semua benda-benda angkasa itu maka yang disebut langit itu akan lenyap dengan sendirinya. Maka
Allah tidak pernah menciptakan langit, karena langit itu ada dengan sendirinya. Demikian juga orang
yang membuat tempat tidur tadi tidak pernah membuat longan tetapi jadi dengan sendirinya ketika
tempat tidur itu dipasang. Itulah gambarannya langit menurut logika dan juga menurut Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.
Berdasarkan keterangan para ahli astronomi/ahli ruang angkasa bahwa langit Bumi ini saja ada tiga lapis:
* Lapisan s.d. 11 mil di atas Bumi disebut TROPOSFIR/ATMOSFIR.
* Lapisan 11 s.d. 300 mil di atas Bumi disebut STRATOSFIR.
* Lapisan di atas 300 mil disebut : IONOSFIR.
Kesemuanya itu disebut dengan ?LANGIT? yang menurut Al Qur?an disebut: SAMA?. Sekiranya orang
mau memperhatikan Ayat-ayat Al Qur?an maka masing-masing istilah Sama? ternyata mempunyai arti
yang berbeda satu sama lain. Tetapi dalam memahami pengertian ini hendaknya dengan kejernihan hati,
sehingga pikiran menjadi tenang.
*Surat Al-An?am (6) ayat 99
DIA-lah yang menurunkan air (hujan) dari sama? (atmosfir) lalu Kami keluarkan dengannya tetumbuhan?
*Surat Al-Baqoroh (2) ayat 29
DIA-lah yang menciptakan untukmu apa-apa di Bumi semuanya, kemudian menyelesaikan atas sama?
(Tata Surya) lalu DIA sempurnakan tujuh Samawat (planet-planet) dan DIA mengetahui tiap sesuatu.
*Surat An-Nahl (16) ayat 79
Tidaklah mereka memperhatikan pada yang melayang diedarkan pada kekosongan angkasa (yaitu Tata
Surya), tiada yang menahan kecuali DIA (ALLAH). Bahwa pada yang demikian merupakan Ayat bagi
kaum yang beriman.
*Surat Al-Furqon (25) ayat 25
Dan pada hari terpecah sama? (Tata Surya) dengan bencana besar dan diturunkan Malaikat dengan
turunnya.
*Surat Fushilat (41) ayat 11
Kemudian menyelesaikan atas sama? (Tata Surya) dan dia berupa gumpalan api (waktu itu) lalu DIA
katakan padanya (sama?) dan pada Bumi, datanglah (berfungsilah) secara patuh atau terpaksa.
Keduanya berkata: ?kami datang secara patuh (berfungsi menurut orbitnya masing-masing).
Kalau diperhatikan, maka sama? mempunyai berbagai arti:
* Sama? bisa berarti atmosfir.
* Sama? bisa berarti Tata Surya.
* Sama? bisa berarti semesta raya ini.
* Sama? bisa berarti angkasa/langit.
Kalau kita perhatikan dengan seksama maka: Surat Al-An?am (6) ayat 99, menyatakan bahwa hujan
diturunkan dari sama?, maka dia pasti turun dari atmosfir. Karena tidak mungkin hujan itu turun dari
stratosfir apalagi dari ionosfir.
Surat Al-Baqoroh (2) ayat 29 dinyatakan bahwa Bumi ini banyak dengan istilah ?Ardhu jami?an? (Bumi
semuanya), sebab kalau Bumi hanya satu tidak mungkin dikatakan semuanya. Kemudian dinyatakan
diselesaikan atas sama? berarti Bumi yang jumlahnya banyak itu menjadi satu susunan sama? yang
mestilah satu Tata Surya, dengan keterangan ada tujuh Samawat (planet-planet) di atas Bumi ini. Maka
sama? pada ayat ini berarti adalah Tata Surya.
Surat An-Nahl (16) ayat 79 yang menyatakan benda yang melayang pada kekosongan angkasa berarti
adalah seluruh benda-benda angkasa atau Tata Surya itu memang melayang yang diedarkan pada
kekosongan angkasa berarti di semesta raya itu, maka sama? disini adalah semesta raya. Surat
Al-Furqon (25) ayat 25 menyatakan : ?Pada hari terpecah sama? dengan bencana besar, ?.. maka
sama? pada Ayat tersebut tidak mungkin diartikan ?langit? yang terpecah, tapi yang terpecah adalah Tata
Surya itu. Yaitu pada saat terjadinya bencana besar (kehancuran total) maka seluruh Tata Surya itu akan
terpecah susunannya, tidak beraturan karena adanya benturan dan goncangan yang sangat dahsyat
waktu itu. Maka seluruh Tata Surya akan tidak berfungsi sebagaimana mestinya akibat adanya benturan
dan goncangan tadi, semuanya menjadi kacau balau, terpecah dan tidak teratur.
Surat Fushilat (41) ayat 11 Allah menyelesaikan Sama? yang berupa gumpalan api (dukhonun) waktu itu.
Hal ini lebih jelas lagi bahwa langit tidak mungkin berupa gumpalan api, karena yang namanya gumpalan
api pastilah benda kongkret. Maka dia adalah Tata Surya yang memang wajar pada putaran pertama
berupa gumpalan api (2000 tahun pertama) dan kemudian mendingin setelah 4 hari atau 4000 tahun
kemudian, setelah itu berfungsi sebagaimana mestinya, maka Tata Surya termasuk Bumi ini berproses
selama 6 hari (fii sittati ayyam) (lihat petunjuk Allah pada surat Hud (11) ayat 7, dan surat As-Sajdah (32)
ayat 4-5). Lalu kenapa Samawat diartikan planet-planet? Padahal Samawat adalah bentuk jamak dari
sama?. Sudah dijelaskan didepan bahwa memang sama? tidak selalu berarti langit, tetapi ternyata
mempunyai beberapa arti. Tetapi Samawat memang seharusnya berarti planet-planet. Untuk lebih
jelasnya marilah kita lihat Ayat berikut ini:
*Surat At-Tholaaq (65) ayat 12
Allah yang menciptakan tujuh Samawat, dan dari Bumi ini permisalannya (persamaannya). Akan naik
turun (simpang siur) urusan antara keduanya (Samawat dan Ardh) agar kamu ketahui bahwa Allah
menentukan tiap sesuatu dan Allah sungguh menguasai ilmu tiap sesuatu.
* Surat Al-Mu?minun (23) ayat 17
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan dan Kami tidaklah lengah
terhadap ciptaan (Kami).
Ayat tersebut sebenarnya cukup jelas bahwa Allah menciptakan Samawat, berarti yang diciptakan Allah
adalah benda kongkrit. Sebagaimana tersebut di atas bahwa yang namanya langit itu tidak pernah
diciptakan, tetapi jadi hanya sebagai akibat adanya benda-benda angkasa itu. Kemudian pada ayat
tersebut selanjutnya menjelaskan bahwa Samawat itu semisal atau sama dengan Bumi ini. Maka kini
jelas bahwa yang semisal dengan Bumi pastilah bukan langit tetapi adalah planet-planet itu. Oleh karena
itu maka pengertian Samawat adalah memang planet-planet dan bukan langit-langit (periksa kembali
Surat/Ayat : 65/12). Selanjutnya diterangkan bahwa akan naik turun atau simpang siur antara Samawat
dan Bumi, maksudnya adalah bahwa di masa mendatang setelah perkembangan Teknologi sudah
mencapai puncaknya maka masyarakat yang ada di Samawat (planet-planet itu) akan berurusan dengan
masyarakat yang ada di Bumi ini tentang berbagai hal, mungkin hubungan dagang, mungkin hubungan
antar agama, mungkin juga perang. Selama ini hampir sebagian besar orang-orang Islam beranggapan
bahwa Samawat memang artinya langit, sehingga Allah menciptakan langit itu berlapis tujuh. Namun
kenyataannya bahwa langit lapis tujuh itu sampai saat ini tidak pernah diketemukan, dimanakah dia?
Maka keterangan yang seperti itu menjadikan para ilmuwan Barat tidak akan bisa mempercayai, karena
memang langit yang lapis tujuh itu tidak ada. Kalaupun dicari pasti tidak akan ketemu. Dikatakan
berulang kali bahwa Al Qur?an itu diturunkan oleh Allah itu memang sengaja untuk memberikan petunjuk
kepada manusia tentang berbagai persoalan, baik menyangkut masalah ibadah maupun tentang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Kalau ternyata ayat Al Qur?an tidak bisa dipahami menurut akal maupun
ilmu pengetahuan dan misalnya langit itu belum diketemukan atau mungkin dianggap dirahasiakan Allah,
untuk apa Al Qur?an itu diturunkan? Padahal sesungguhnya langit itu memang benar-benar
awang-awang kosong dan Allah tidak pernah menciptakan langit tetapi yang diciptakan adalah benda
kongkrit yang kemudian muncul akibat lain yang melengkapi ciptaan Allah itu, misalnya langit tadi.
Karena itu yang dimaksud dengan jalan pada Surat/Ayat : 23/17 adalah ?garis orbit? yang dilalui oleh
Samawat atau planet-planet itu. Untuk melengkapi keterangan tersebut selanjutnya perhatikan petunjuk
Allah berikut:
* Surat Nuh (71) ayat 15-16
Tidakkah engkau perhatikan, betapa Allah menciptakan tujuh Samawat bertingkat-tingkat. Dan DIA
jadikan Bulan-Bulan padanya ada cahaya, dan DIA jadikan Surya itu sebagai pelita.
Surat An-Naba? (78) ayat 12-13 Dan Kami bangun di atasmu tujuh (planet) yang kokoh. Dan kami jadikan
pelita (Surya) sebagai pusat jatuh. Kalau kita perhatikan pada Surat Nuh (71) ayat 15 dinyatakan bahwa
Allah telah menciptakan tujuh Samawat itu bertingkat-tingkat. Memang keadaan planet-planet itu
bertingkat-tingkat menurut garis orbitnya masing-masing. Kemudian pada ayat 16 dinyatakan DIA jadikan
BULAN-BULAN padanya (fiihinna) berarti Bulannya banyak, padahal Bulan yang ada di Bumi ini
hanyalah satu. Maka Bulan yang lain adalah Bulan dari masing-masing planet itu, karena tidak mungkin
langit memiliki Bulan atau dikitari Bulan, karena itu yang dikitari Bulan pastilah planet-planet itu.
Selanjutnya perhatikan pada Surat An-Naba? (78) ayat 12 yang menyatakan bahwa Allah membangun di
atas Bumi ini tujuh yang kokoh (kuat), maka dia adalah benda kongkrit, dan tidak mungkin Allah
membangun langit dan juga tidak mungkin langit keadaannya kokoh (kuat) seperti Bumi atau
planet-planet itu. Kemudian Ayat 13 dinyatakan bahwa pelita (Surya) itu sebagai pusat jatuh, artinya
bahwa planet-planet itu beredar mengelilingi Surya atau pelita itu, karena itu tidak mungkin langit beredar
mengelilingi bintang atau dalam Tata Surya kita ini adalah Surya maka dia adalah planet bukan langit.
Sebenarnya sudah banyak hal yang ditunjukkan Allah kepada kita khususnya umat Islam dalam Kitab
Suci Al Qur?an, namun karena kita kurang membuka hati dan menenangkan pikiran maka akibatnya
kalau ada informasi yang tidak sama dengan pikirannya sendiri lantas dianggap salah. Sayangnya dalam
menyalahkan itupun orang tidak mau peduli, tidak mau melihat dulu apakah benar hal itu salah.
Bagaimana orang bisa menyalahkan kalau belum mengetahui keadaan yang sebenarnya? Padahal
sesuatu yang tidak sama dengan yang sudah ada tidak selamanya mutlak salah. Maka dari itu marilah
kita membuka hati dan menenangkan pikiran agar kita memperoleh pengertian yang sewajarnya dan
tidak akan menyesal di kemudian hari. Sebenarnya banyak istilah ?Samawat? yang memang berarti
?planet-planet? bukanlah ?langit-langit? sebab kalau Samawat diartikan langit akan sulit untuk dipahami
(perhatikan ayat-ayat petunjuk Allah dalam Surat Ali-Imron (3) ayat 83, An-Nahl (16) ayat 49, Az-Zumar
(39) ayat 68 dan masih banyak yang lainnya).
*Surat Ali-Imron (3) ayat 83
Apakah selain Agama Allah yang mereka cari ? Padalah bagiNya telah Islam orang-orang di Samawat
dan Bumi dengan patuh dan terpaksa. Dan kepada-Nya mereka dikembalikan.
*Surat An-Nahl (16) ayat 49
Dan bagi Allah sujud apa-apa yang ada di Samawat dan apa-apa yang ada di Bumi dari Dabbah dan
Malaikat dan mereka tidak menyombong.
*Surat Az-Zumar (39) ayat 68
Dan ditiupkan pada SUUR, maka matilah orang-orang di Samawat dan orang-orang di Bumi kecuali yang
dikehendaki Allah, kemudian ditiupkan padanya yang lain, dan ketika itu mereka berdiri menantikan.
Pada surat Ali-Imron (3) ayat 83 Allah telah menyatakan bahwa telah Islam orang-orang yang di
Samawat dan orang-orang yang di Bumi dengan patuh dan terpaksa. Kalau Samawat diartikan dengan
langit, maka bagaimana orang bisa hidup di langit, dimana kakinya harus berpijak untuk berjalan, maka
Samawat mestilah planet-planet itu. Jika orang suka memperhatikan Ayat-ayat Al Qur?an secara cermat
dan hati-hati, maka akan banyak ditemui Ayat yang menerangkan ?Ardhu? yang didahului ?Samawat?.
Oleh karena itu pastilah ada hubungan arti antara Samawat dan Bumi, maka tepatlah kalau Samawat itu
adalah planet-planet yang semisal atau sama dengan Bumi sebagaimana dimaksudkan pada Surat
At-Tholaaq (65) ayat 12
Dari keterangan beberapa ayat tersebut, maka diperoleh pengertian bahwa sesungguhnya memang
benar bahwa Samawat itu adalah planet-planet dan bukan langit. Di planet-planet selain Bumi yang
disebutkan Samawat tadi ternyata telah berkembang masyarakat manusia yang kondisinya sama dengan
yang ada di Bumi sebagaimana yang diterangkan menurut Surat Ali-Imron (3) Ayat 83.
Jadi sudah cukup jelas Ayat-ayat tersebut, oleh karena itu apakah kita masih akan berdalih dan
mendasarkan laporan dari ahli ruang angkasa dari Amerika?
Semua itu berpulang kepada hati nurani kita masing-masing, maka otak memang tugasnya suka
berdalih, suka membantah, suka menyanggah, dan bersikap arogan. Tetapi hati nurani itu sebenarnya
jernih dan lugu, mau menerima kebenaran. Karena itu bukalah hati nurani agar mau menerima
kebenaran tanpa disanggah oleh pikirannya sendiri. Semua itu berpulang kepada hati nurani kita
masing-masing.
D
ABBAH
Kalau kita memperhatikan pada terjemahan Al Qur?an bahwa ?dabbah? diartikan ?binatang melata?.
Memang sepertinya banyak ayat-ayat Al Qur?an yang sulit diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
dengan tepat benar. Terbukti banyak ayat-ayat yang dari masing-masing penterjemah memberikan arti
yang berbeda satu sama lainnya. Hal demikian menandakan bahwa bahasa Al Qur?an memang tidak
sama persis dengan bahasa Arab biasa. Al Qur?an merupakan wahyu sudah pasti punya gaya bahasa
yang sangat khas dan punya nilai estetika yang tinggi pula. Seperti kita ketahui bahwa Al Qur?an
merupakan petunjuk dan diberikan keterangan dari semua petunjuk itu. Padahal keterangan tentang
petunjuk itu ada dalam Al Qur?an. Oleh karena itu kalau memang ada istilah atau kata-kata yang sulit
dipahami menurut kaidah-kaidah bahasa Arab, maka sebaiknya dicari keterangannya yaitu Ayat lain yang
berhubungan dengan istilah yang sama yang saling menerangkan, maka disana akan ketemu persoalan
yang dicari atau yang ditanyakan.
Kalau diperhatikan dengan teliti bahwa sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang melata, tetapi
termasuk di dalamnya binatang yang berkaki bahkan termasuk juga manusia. Untuk mendapatkan
pengertian dabbah yang sebenarnya, perlu dihubungkan beberapa ayat dalam Al Qur?an yang
mengandung dabbah, maka dia akan saling menerangkan tentang pengertian dabbah itu sendiri secara
jelas. Kalau pemahaman tentang sesuatu hanya dengan satu ayat terpisah, maka pengertiannya tidak
bisa utuh, karena jarang Al Qur?an menerangkan sesuatu hanya dengan satu ayat yang berdiri sendiri,
tetapi harus dihubungkan dengan ayat lain yang berhubungan.
Memang ada juga ayat yang sudah jelas tanpa penjelasan misalnya ayat-ayat muhkamat, namun
biasanya hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau ayat mutasabihat harus merangkaikan
beberapa ayat yang saling menerangkan. Sebagai bahan kajian tentang dabbah maka perhatikan
petunjuk Allah berikut:
*Surat As-Syuuro (42) ayat 29 oleh Departemen Agama Pelita III/81-82:
Dan diantara Ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Nya ialah menciptakan langit dan Bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang DIA sebarkan pada keduanya. Dan DIA maha kuasa mengumpulkan
apabila dikehendakiNYA.
Dalam Ayat tersebut yang diterjemahkan ?makhluk-makhluk yang melata? adalah Ayat aslinya berbunyi
?dabbah?. Sementara yang lainnya diartikan ?binatang melata?.
Perhatikan Terjemahan pada Ayat yang sama yaitu (Proff. H. Mahmud Yunus, penerbit PT. Al Ma?Arif
Bandung):
Diantara ayat-ayat (tanda-tanda) Allah, ialah kejadian langit dan Bumi dan apa-apa yang bertebaran pada
keduanya diantara binatang-binatang (apa-apa yang melata di muka Bumi). DIA maha kuasa
menghimpunkan mereka bila dikehendaki-Nya.
Jadi istilah dabbah diartikan binatang melata. Tapi perlu diketahui bahwa kalau binatang melata bisa
hidup di Samawat itu, maka manusiapun seharusnya juga bisa hidup.
Berdasarkan pengkajian sebaiknya Ayat tersebut berarti: Dan dari Ayat-ayatNya ialah penciptaan
Samawat (planet-planet) dan Bumi, serta yang DIA kembang biakkan pada keduanya (Samawat dan
Bumi) dari dabbah (makhluk berjiwa) dan DIA atas pengumpulan ketika DIA kehendaki adalah
menentukan.
Kalau orang mau memperhatikan dengan teliti, maka sesungguhnya dabbah itu bukan hanya binatang
melata saja, tetapi termasuk binatang lain yang tidak melata yaitu yang berkaki termasuk di dalamnya
adalah manusia. Oleh karena itu yang ditebarkan atau dikembangkanbiakkan di Samawat (planet-planet)
dan di Bumi ini terdiri makhluk yang berjiwa termasuk di dalamnya manusia itu sendiri. Dengan demikian
maka jelas bahwa di planet-planet itu pun telah berkembang masyarakat manusia seperti halnya yang
ada di Bumi ini. Berikut ini Ayat yang menjelaskan tentang pengertian ?dabbah?.
*Surat An-Nuur (24) ayat 45
Allah menciptakan setiap dabbah dari Alma?i. Diantara mereka (dabbah) itu ada yang berjalan atas
perutnya, dan diantara mereka ada yang berjalan atas dua kaki, dan diantara mereka ada yang berjalan
atas empat kaki. Allah menciptakan yang DIA kehendaki dan sesungguhnya Allah menentukan atas tiap
sesuatu.
*Surat Al-Anfal (8) ayat 22
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang pekak dan tuli dan mereka tidak berpikir.
*Surat Al-Anfal (8) ayat 55
Bahwa sejahat-jahat dabbah pada Allah adalah orang-orang kafir dan mereka tidak beriman.
Kalau kita perhatikan surat An-Nuur (24) ayat 45, cukup jelas dan tegas bahwa diantara dabbah itu ada
yang berjalan atas perutnya (ular, buaya, cecak, kadal dan lain-lain), dan diantara dabbah itu juga ada
yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, MANUSIA dan lain-lain) dan ada pula yang berjalan dengan
empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain). Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud dengan
dabbah bukanlah hanya binatang melata, tetapi termasuk manusia dan binatang berkaki lainnya.
Pada Surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55, menyatakan bahwa sejahat-jahat dabbah menurut pandangan
Allah adalah orang-orang pekak, kafir, tidak berpikir dan tidak beriman. Jelas yang dimaksud disini
adalah manusia, bukan binatang melata, karena memang semua binatang melata tidak bisa berpikir
apalagi beriman. Inilah yang dimaksud dengan pemahaman tentang suatu istilah dalam ayat Al Qur?an.
Kalau dalam memahami istilah dalam ayat kurang tepat apalagi kalau salah, maka arti dan
kedengarannya pun janggal, tidak ratio, tidak bisa dimengerti oleh semua orang, akibatnya sasaran yang
dimaksudkan pun tidak tepat. Jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dabbah adalah makhluk berjiwa
(makhluk bernyawa) termasuk MANUSIA. Dengan begitu didapatkan kunci dan petunjuk yang diperoleh
dari pengertian beberapa ayat yang saling menjelaskan bahwa di planet lain selain Bumi ini juga
bermasyarakat manusia dan juga berkembang biak berbagai binatang termasuk juga binatang melata
tadi.
Jika sekiranya yang dimaksud ?dabbah? itu adalah binatang melata, dan bisa hidup di planet (Samawat)
itu, maka mestinya makhluk lain termasuk manusia juga bisa hidup disana, karena mereka sama-sama
bernapas dengan paru-paru, yang berarti disana ada oksigen untuk bernapas binatang melata itu.
Akan tetapi kalau istilah ?dabbah? itu diartikan binatang melata, maka berarti bertentangan dengan
maksud petunjuk Allah pada surat Al-Anfal (8) ayat 22 dan 55 serta surat An-Nuur (24) ayat 25. Maka
dari itu dabbah bukanlah hanya binatang melata tapi termasuk juga manusia. Kemudian timbul
pertanyaan, apakah manusianya juga sama dengan manusia yang ada di Bumi ini? Jawabnya adalah:
sama, dan memang benar sama. Coba perhatikan semua manusia yang ada di muka Bumi ini apakah
yang ada di Amerika, Arab Saudi, Jepang, Inggris di Indonesia semuanya mempunyai naluri yang sama.
Hanya saja berbeda bahasa, warna kulit, adat istiadat dan yang lainnya karena sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang memang juga berbeda, misalnya faktor iklim, lingkungan dan sebagainya tetapi
pada dasarnya mereka mempunyai naluri yang sama dengan kita yang di Indonesia.
Selama ini orang-orang Barat membuat imajinasi bahwa seolah-olah manusia dari planet lain itu seram,
menakutkan dan mengerikan, padahal semua itu hanyalah dugaan tanpa menggunakan dalil dan
petunjuk. Jika orang sudi memperhatikan ayat-ayat Al Qur?an yang berkaitan dengan sejarah manusia,
maka akan diketahuilah bahwa manusia di planet lain itu sama dengan kita ini. Mereka terdiri dari
berbagai bangsa, bahasa dan warna kulit, ada yang Islam ada yang kafir, ada yang baik ada pula yang
jahat, ada yang pintar ada pula yang bodoh, karena mereka semua adalah berasal dari diri yang satu
yang merupakan satu garis keturunan dengan semua manusia yang ada di wilayah Tata Surya kita ini.
Sementara orang boleh saja tidak percaya, tetapi Al Qur?an datang dari Allah pasti benar 100 persen.
Jika orang masih juga ngotot bahwa dalam penganalisaan ini tidak benar, maka silahkan diadakan
koreksi agar dengan begitu persoalannya menjadi jelas.
Memang selama ini orang beranggapan bahwa kehidupan manusia itu hanyalah di Bumi ini saja, padahal
sebenarnya Bumi ini hanyalah sebuah planet kecil jika dibandingkan dengan Yupiter yang besarnya 318
kali besar Bumi ini, untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau dibiarkan kosong tanpa penghuni? Kalau
diperhatikan dengan cermat, Al Qur?an menyatakan bahwa Bumi itu banyak dan Bumi ini juga disebut
planet. Perhatikan petunjuk Allah berikut ini:
* Surat Az-Zumaar (39) ayat 67 :
Dan mereka tidak menentukan (tentang Hukum) Allah dengan ketentuan yang haq (logis), sedangkan
Bumi-Bumi semuanya adalah pemadatannya pada hari kiamat. Dan Samawat (planet-planet) itu berputar
dengan tata hukumNya. Maha suci DIA dan Maha Tinggi tentang apa yang mereka sekutukan.
Dari keterangan ayat tersebut sangatlah jelas bahwa Bumi ini banyak (Ardhu Jami?an) berarti dia lebih
dari satu sehingga benarlah bahwa keadaan planet-planet itu sama dengan Bumi ini (lihat Surat
At-Tholaaq (65) ayat 12 dan Al-Baqoroh (2) ayat 29). Sebagai pembanding perhatikan ayat berikut ini:
* Surat Al-Hadiid (57) ayat 21 :
Berlombalah kepada ampunan Tuhanmu, dan sorga seluas BUMI ANGKASA dan BUMI ini disediakan
untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasulnya. Itulah karunia yang diberikan kepada siapa
yang dikehendakiNya, dan Allah memiliki karunia yang besar.
Ayat tersebut menerangkan adanya Bumi angkasa, maka dia adalah planet-planet itu yang keadaannya
disamakan dengan keadaan Bumi ini. Itulah penjelasan Al Qur?an yang membutuhkan pemikiran secara
cermat dan hati-hati untuk mendapatkan pengertian yang sewajarnya serta sejalan dengan keadaan
yang berlaku di alam sekitar kita. Dengan begitu hendaklah orang lebih giat mengadakan pengkajian
yang sebenarnya, bukan membaca secara tradisional tanpa mengetahui arti yang dibaca sehingga orang
hanya dibius dan dipesona dengan iming-iming PAHALA tanpa mengetahui apa sebenarnya pahala yang
dimaksud itu. Coba perhatikan dengan kepala dingin dan hati yang jernih, pada beberapa ayat Al Qur?an
yang menerangkan tentang Surga. Dinyatakan bahwa surga itu luasnya sama dengan luasnya Bumi
angkasa dan Bumi ini, sedangkan semua surga itu diciptakan Allah pastilah untuk ditempati atau
disediakan bagi orang-orang Muttaqin (perhatikan Surat Al-Hadid (57) ayat 21 di atas tadi). Selanjutnya
perhatikanlah Ayat berikut ini dengan teliti:
* Surat Ali-Imron (3) ayat 133
Bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan Sorga seluas Samawat (planet-planet) dan Bumi ini,
disediakan untuk orang-orang Muttaqin.
Allah menyatakan bahwa Surga itu luasnya sama dengan Samawat dan Bumi ini. Jika sekiranya
masyarakat manusia itu hanya ada di Bumi ini saja, lantas siapa yang akan menempati surga yang luas
sama dengan Samawat tadi, untuk apa Allah menciptakan semuanya itu? Perlu diketahui bahwa di
semesta raya ini jumlah Samawat itu milyaran dan tidak bisa dihitung. Setiap bintang itu adalah satu
SOLAR SISTEM yang masing-masing bintang itu dikitari oleh planet-planet seperti halnya Surya kita
yang juga dikitari oleh planet-planet, dengan istilah Samawat. Padahal semuanya itu nantinya merupakan
jumlah dan ukuran sorga di Akhirat, sedangkan kita ini berada pada bagian dari Solar System tadi yaitu
Bumi, sedangkan Tata Surya kita ini hanyalah bagian kecil dari Bima Sakti dengan istilah gugus Bima
sakti. Kalau kita memperhatikan susunan Tata Surya kita yang planetnya sebenarnya ada 10 planet, tapi
baru 9 yang diketahui oleh manusia Bumi. Itu semua pertanda bahwa sebenarnya kita ini belum apa-apa
jika dipandang dari segi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ada dua planet yang lebih besar dari Bumi
yang kita diami ini yaitu yang ada di atas Mars, orang menamakan Yupiter dan Saturnus. Menurut
penelitian para ahli atronomi bahwa Yupiter itu besarnya sama dengan 318 kali besar Bumi dan Saturnus
95 kali besar Bumi kita ini. Dinyatakan juga bahwa Yupiter memiliki Bulan jumlahnya 12, dan Saturnus
ada 9 buah. Dengan begitu sudah bisa dibayangkan bahwa keberadaan kedua planet itu sama dengan
Bumi ini hanya dia lebih besar. Maka wajarlah kalau Bulan yang bertindak sebagai satelitnya jumlahnya
banyak, sebab kalau Bulannya hanya satu mungkin tidak akan mencukupi wilayah yang sangat luas itu.
Lalu untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau sekiranya disana tidak ada penghuninya dan dibiarkan
kosong? Rasanya sangat janggal dan tidak logis. Lagi pula bahwa surga di Akhirat nanti merupakan
penyempurnaan dan jumlahnya sama dengan semua planet yang ada di dunia atau di semesta raya ini.
Maka benarlah pernyataan Al Qur?an kalau di setiap planet itu berpenduduk manusia seperti halnya di
planet Bumi ini. Demikian itu adalah petunjuk Allah yang ada dalam Kitab Suci Al Qur?an dan memang
sejalan dengan Ilmu Pengetahuan serta cocok dengan keadaan yang berlaku dan pemikiran secara
wajar. Apakah dengan penjelasan yang logis seperti itu orang masih akan berusaha menolak dan
menyanggah, maka semua itu kembali kepada hati kita masing-masing. Kalau orang meyakini bahwa Al
Qur?an itu merupakan petunjuk hidup bagi manusia baik tentang hukum maupun Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, seharusnya kalau kita mendapatkan informasi tentang Al Quran mengenai sesuatu yang
dianggap tidak sama dengan pemahaman yang selama ini kita peroleh, justru merupakan bahan
pemikiran baru agar kita meneliti lebih jauh lagi agar memperoleh pengertian yang sebenarnya, dengan
begitu kita akan senantiasa maju dan berkembang. Kenapa planet-planet itu disebut ?Samawat? karena
memang dia posisinya selalu kelihatan diatas dipandang dari manapun. Dan planet-planet yang menjadi
?langit?nya Bumi Al Qur?an menyatakan ada 7 (tujuh). Planet yang berada di atas orbit Bumi mestinya ada
7 (tujuh) yaitu: Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Sampai di Pluto baru ada 6 planet
di atas Bumi maka mestinya masih ada satu lagi tetapi sarjana Bumi belum menemukan. (lihat Surat
At-Tholaaq (65) Ayat 12). Untuk memperjelas dan memantapkan pengertian, maka perhatikan ayat
berikut:
* Surat Al-Mu?minun (23) ayat 17
Dan sungguh telah Kami Ciptakan diatas kamu (diatas Bumi) tujuh (7) jalan, dan tidaklah kami lengah
tentang ciptaan-Ku itu.
Ayat ini memperkuat keterangan Surat At-Tholaaq (65) Ayat 12 yang menyatakan bahwa diatas Bumi ini
Allah menciptakan tujuh jalan, artinya jalan di ruang angkasa yang terletak di atas Bumi pastilah di
wilayah Tata Surya kita juga, karena yang diberi petunjuk itu adalah manusia Bumi. Maka jalan yang
dimaksud adalah ?GARIS ORBIT? yaitu jalan yang dilalui oleh Samawat yang jumlahnya juga ada tujuh.
Semakin jelas bukan, bahwa memang benar Samawat itu adalah planet-planet yang jumlahnya di atas
Bumi ada tujuh. Maka oleh sebab itu pastilah diatas Pluto masih ada satu dan kita sudah diberi tahu
tinggal mencari dan meneliti. (Tim astronomi dari Amerika mengumumkan baru saja memastikan
menemukan planet ke-10 yang sementara diberi nama planet Xena. Planet itu di atas Pluto dan lebih
besar dari Yupiter. Planet yang baru diketahui yang masuk dalam sistem tata surya matahari itu jarak dari
Pluto yaitu 3 kali jarak matahari ke Pluto). Berdasarkan penelitian dan analisa bahwa planet yang ke 7 di
atas Bumi adalah yang menurut Al Qur?an dinamakan dengan ?SIDRATUL MUNTAHA?. Itulah kiranya
planet sangat besar yang berada di urutan ketujuh di atas Bumi. Maka kini lengkaplah bahwa planet yang
menjadi langitnya Bumi ada tujuh. Sedangkan Venus dan Mercury bukanlah merupakan langitnya Bumi
karena dia berada di bawah orbit Bumi. Perhatikan Surat Thohaa (20) ayat 6) berikut ini:
Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di Samawat dan apa-apa yang ada di Bumi dan apa yang diantara
keduanya dan apa-apa yang ada di bawah Bumi (dibawah orbit Bumi)
Berikut ini beberapa ayat Al Qur?an sebagai bahan penganalisaan bahwa di setiap planet berpenduduk
manusia seperti halnya di Bumi ini:
*Surat Al-Isro? (17) ayat 55
Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang diSamawat dan di Bumi, dan sungguh Kami kurniakan
setengah Nabi atas setengahnya, maka Kami datangkan zabur kepada Daud.
*Surat Al-A?roof (7) ayat 185
Tidakkah mereka perhatikan kerajaan di Samawat dan di Bumi serta tiap sesuatu ciptaan Allah? Mungkin
telah dekat ajal (waktu) atas mereka, maka dengan Hadis mana lagi sesudahnya (AlQur?an) mereka akan
beriman?
Dari Ayat tersebut dapat dipahami bahwa baik di Samawat maupun di Bumi juga diutus Nabi-Nabi yang
menyampaikan wahyu Allah untuk masyarakat manusia. Karena Nabi itu diutus oleh Allah yang SATU,
maka sudah pasti ajaran yang disampaikan sama, hanya mungkin saja berbeda dalam bahasanya sesuai
dengan masing-masing kaumnya. Kemudian dijelaskan bahwa baik di Samawat maupun di Bumi ada
kerajaan, maka pastilah rajanya adalah manusia, karena tidak mungkin binatang melata itu ada rajanya
dan diutus para Nabi. Semakin jelas bukan? Selanjutnya perhatikan Ayat-ayat berikut ini dengan cermat:
*Surat As-Syuura (42) ayat 12
KepunyaanNya perbendaharaan Samawat dan Bumi, DIA lapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki
dan menyempitkannya. Bahwa DIA mengetahui atas tiap sesuatu.
*Surat Saba? (34) ayat 22
Katakan: panggilah yang kamu katakan Tuhan selain Allah, mereka tidak memiliki seberat zaroh (atom)
di Samawat dan Bumi dan tiada sekutu bagi mereka pada keduanya (Samawat dan Ardh) dan tidak pula
penolong selain DIA.
*Surat An-Naml (27) ayat 25
Apakah tidak sujud kepada Allah yang mengeluarkan rahasia Samawat dan Bumi serta mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.
Dari Ayat-ayat tersebut juga bisa dipahami bahwa Allah memberikan rizqi kepada yang di Samawat dan
Bumi ini terhadap semua makhluk-Nya yang terdiri dari binatang dari berbagai jenis dan juga manusia
yang ada disana. Lebih jelas lagi pada surat Saba? (34) ayat 22 dikatakan ?tidak ada sekutu bagi mereka
pada Samawat dan Bumi?, padahal yang biasanya menyekutukan Allah itu adalah manusia dan tidak
mungkin binatang melata.
Di samping itu dikatakan pula bahwa baik yang di Samawat maupun yang di Bumi ini banyak yang patuh
kepada Allah ditandai adanya ?sujud kepada Allah? maka sudah bisa dipastikan bahwa yang sujud
kepada Allah di Samawat itu pastilah manusia seperti halnya kita ini.
Maka tidak diragukan lagi bahwa memang benar pada setiap Samawat (planet-planet) itu telah
berkembang masyarakat manusia dan juga berbagai binatang dari berbagai jenis. Dengan keterangan
demikian orang masih juga akan berusaha untuk mengelak dengan mengatakan bahwa katanya yang
sujud itu bukannya manusia tapi para Malaikat, karena kata mereka ayat yang berbunyi ?MAN? itu belum
tentu berarti ?MANUSIA?. Baiklah memang untuk menundukkan OTAK di kepala yang memang suka
bersikap ?ANGKUH? itu haruslah dengan menjernihkan ?HATI NURANI?, maka perhatikan ayat berikut ini:
*Surat As-Syuura (42) ayat 11
Yang menyusun Samawat dan Bumi, DIA jadikan bagimu atas dirimu pasangan (jodoh) begitupun
pasangan dari binatang ternak, sehingga kamu menjadi ramai. Tidak satupun yang menyerupaiNYA. DIA
Maha mendengar dan melihat.
*Surat An-Nahl (16) ayat 49
Dan bagi Allah Sujud apa-apa yang di Samawat dan apa-apa yang di Bumi dari dabbah dan Malaikat dan
mereka tidak menyombongkan (diri).
Ayat-ayat tersebut dapatlah dipahami sebagai berikut: 1 Allah yang menyusun (menciptakan) Samawat
dan Bumi, dan keadaan di Samawat itu juga terjadi perkembangbiakan baik binatang ternak maupun
manusia, sehingga keadaan di sana menjadi ramai karena mestinya jumlah penduduknya semakin lama
semakin banyak.
2 Diantara masyarakat manusianya yang ada di sana juga melakukan sujud kepada Allah dalam arti
Shalat dalam rangka melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang ada di Bumi ini. Dari Surat
An-Nahl (16) ayat 49 itu dibedakan antara dabbah dan Malaikat, padahal pengertian dabbah itu termasuk
di dalamnya adalah manusia.
3 Maka tidak ada alasan bahwa yang sujud disana hanyalah Malaikat tetapi juga termasuk di dalamnya
adalah manusia. Lagi pula apakah Malaikat itu harus berpasang-pasangan sebagaimana yang dimaksud
pada Surat As-Syuura (42) ayat 11 tadi. Maka yang berpasangan (jodoh) dan kemudian menjadi banyak
adalah manusia dan binatang-binatang.
Selanjutnya perhatikan analisa Ayat berikut ini:
*Surat Ali-Imron (3) ayat 190
Sesungguhnya pada penciptaan Samawat dan Bumi serta pergantian siang dan malam merupakan
pertanda bagi ulul albab (para peneliti/ahli pikir).
*Surat Ruum (30) ayat 22
Dan dari ayat-ayatNYA penciptaan Samawat dan Bumi serta perbedaan lidahmu (bahasamu) dan
warnamu, bahwa pada yang demikian adalah ayat bagi orang-orang yang ingin tahu.
*Surat Al-Ma?aarij (70) ayat 40
Maka janganlah AKU bersumpah dengan Tuhan timur-timur dan barat-barat, bahwa Kami adalah
menentukan.
Perhatikanlah bahwa di Samawat yang diciptakan Allah itu juga terjadi adanya pergantian siang dan
malam seperti halnya di Bumi ini. Di sana juga manusianya terdiri dari bermacam-macam bahasa serta
perbedaan warna kulitnya, sebagaimana yang kita saksikan di muka Bumi ini, ada yang berkulit putih,
ada yang sawo matang, ada yang hitam dan lain-lain.
Istilah timur-timur dan barat-barat menandakan bahwa timur dan baratnya itu banyak (tidak hanya satu),
maka disetiap Samawat itu juga ada timur dan baratnya, seperti juga yang ada di Bumi ini. dan semua
timur dan barat yang ada di sana itu juga merupakan daerah kekuasaan Allah yang satu. Arah timur dan
barat itu ada karena adanya kutub utara dan selatan, yang kemudian berbentuk globe seperti Bumi ini,
maka kemudian timbulah suatu arah yang orang mengatakan timur dan barat itu.
Kalau sekiranya Samawat itu diartikan langit, maka orang akan kesulitan bahkan tidak mungkin bisa
menentukan arah yang dinamakan dengan timur atau barat itu. Itulah makna Al Qur?an sebagai petunjuk
bagi semua manusia yang suka memikirkan. Dalam keterangan ini juga merupakan pemahaman tentang
istilah dalam Ayat yang harus dipahami berdasarkan pemikiran secara wajar sehingga bisa dimengerti
oleh semua pihak dan sejalan dengan keadaan yang berlaku di jagad raya ini.
Kalau setiap keterangan tidak bisa dipahami menurut akal sehat, maka siapapun akan selalu
bertanya-tanya, bahkan selalu dibayangi keraguan, akibatnya muncul sikap masa bodoh dan tidak ada
kepastian. Hal demikian terjadi karena hampir sebagian besar orang-orang Islam kurang serius dalam
menganalisa dan mendalami Al Qur?an, bahkan cenderung monotone secara tradisional secara turun
temurun dengan doktrin yang mematikan kreatifitas. Orang lebih suka mengikuti apa yang sudah ada
tanpa ada keberanian untuk melakukan pendalaman dan pengkajian secara teliti, walaupun pengertian
yang di dapat selama ini banyak yang bertentangan dengan alam pikirannya sendiri. Ironisnya para
Sarjana kita pun masih banyak yang mengikuti cara-cara seperti itu, walaupun tidak semuanya.
Selanjutnya perhatikan Ayat-ayat berikut:
*Surat Luqman (31) ayat 10 dan 20
10) DIA ciptakan Samawat (planet-planet) tanpa tiang seperti yang kamu lihat, dan DIA tempatkan di
Bumi rawasia untuk memberi kekuatan padamu, dan DIA kembang biakkan padanya dari dabbah dan
Kami turunkan air dari angkasa lalu Kami tumbuhkan padanya dari setiap pasangan yang mulia. 20)
Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah mengedarkan untukmu apa-apa yang di Samawat dan apa-apa
yang di Bumi serta mencukupkan atasmu nikmat-NYA lahir batin? Dan dari manusia itu ada yang
menyanggah Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk dan tanpa Kitab yang menerangkan.
*Surat Saba? (34) ayat 24
Katakanlah : Siapakah yang memberi rezki padamu di Samawat dan Bumi? Katakanlah: ALLAH,
Kamikah atau kamukah atas petunjuk atau pada kesesatan nyata.
*Surat Al-Jatsiyah (45) ayat 13
Dan DIA edarkan bagimu apa-apa yang di Samawat dan apa-apa yang di Bumi semuanya dari-NYA.
Bahwa yang demikian adalah Ayat bagi kaum yang berpikir.
*Surat Ali-Imron (3) ayat 83
Apakah selain agama Allah yang mereka cari? Padahal bagiNYA telah Islam orang-orang yang di
Samawat dan di Bumi dengan patuh dan terpaksa, dan kepadaNYA mereka akan dikembalikan.
*Surat Yusuf (12) ayat 105
Banyak diantara Ayat-ayat di Samawat dan di Bumi mereka melewatinya dan berpaling padanya.
*Surat Ad-Dukhaan (44) ayat 38
Tidaklah Kami ciptakan Samawat dan Bumi serta diantaranya dengan main-main. Tidaklah Kami ciptakan
semua itu kecuali secara haq tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
*Surat Jaatsiyah (45) ayat 22
Dan Allah menciptakan Samawat dan Bumi secara haq agar dibalas setiap diri menurut usahanya dan
mereka tidak didzalimi.
Kalau diperhatikan dengan cermat Ayat-ayat tersebut maka dapat dipahami sebagai berikut:
1. Bahwa Planet-planet maupun Bumi sebenarnya melayang di angkasa mengitari Surya, tanpa tiang dan
tanpa ikatan yang bisa dilihat langsung oleh mata setiap orang. Coba perhatikan pada malam hari, maka
anda akan melihat planet-planet itu memang benar-benar melayang tanpa ikatan, namun diterangkan
bahwa pada setiap planet itu ditempatkan rawasia (proton) untuk memberikan kekuatan padanya. Kalau
planet-planet itu tanpa rawasia maka dia akan melayang tanpa tujuan entah kemana. (lihat Surat Luqman
(31) ayat 10).
2. Bahwa di planet-planet itu juga telah berkembang berbagai makhluk yang terdiri dari
bermacam-macam makhluk bernyawa seperti binatang dan manusia yang diistilahkan ?dabbah?.
3. Diantara manusia itu ada yang suka menyanggah dan membantah keterangan Allah, tanpa dasar ilmu
dan tanpa petunjuk tetapi hanya atas dasar katanya si Anu dan lain-lain (Surat Luqman (31) ayat 20).
4. Di sana juga diturunkan hujan sehingga menimbulkan banyak berbagai tetumbuhan dari berbagai
macam untuk kebutuhan hidup bagi manusia dan makhluk lainnya di planet itu.
5. Semua makhluk yang ada di sana juga diberikan rezki atas ketentuan Allah. Dan diantara manusia
yang ada disana ada juga yang sadar akan hukum Allah tapi ada juga yang sesat seperti halnya yang
ada di Bumi (Surat Saba? (34) ayat 24).
6. Di antara manusia yang ada disana ada yang Islam secara taat, ada juga yang Islam terpaksa (tidak
sungguh-sungguh) (Surat Ali-Imron (3) ayat 83).
7. Banyak disampaikan Ayat-ayat Allah sebagai peringatan bagi manusianya, tetapi nyatanya juga
banyak yang lewat dan berpaling menolak. (Surat Yusuf (12) ayat 105).
8. Allah menciptakan itu bukanlah untuk main-main tetapi sengaja diciptakan memang untuk ditempati
manusia dan juga merupakan ujian tentang baik dan buruk untuk nanti di balas di Akhirat (Surat
Ad-Dukhaan (44) ayat 38 dan Surat Jaatsiyah (45) ayat 22).
Maka cukup jelas bahwa ternyata memang di setiap planet itu telah berkembang dari masyarakat
manusia seperti yang ada di Bumi ini dengan naluri yang sama, sikap dan perilaku yang sama pula
hanya saja berbeda bahasa dan warna kulit.
Kalau sekiranya manusia itu teliti dan memperhatikan Ayat-ayat Al Qur?an dalam penganalisaan, maka
akan diperoleh keterangan dan petunjuk bahwa nantinya manusia itu akan mampu menjelajah antara
planet asal saja mereka mampu menciptakan atau mewujudkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ruang
angkasa yang dalam Al Qur?an disebut ?SULTHON? atau ?DAYA? yang mestinya berupa pesawat ruang
angkasa berupa ?PIRING TERBANG? yang anti gravitasi, perhatikan Ayat berikut:
*Surat Ar-Rohmaan (55) ayat 33
Wahai masyarakat jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi daerah Samawat dan Bumi (ruang
angkasa) maka lintasilah. Tidaklah kamu bisa melintasi kecuali dengan sulthon (daya ? IPTEK).
Ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa nantinya jin maupun manusia akan mampu melintasi ruang
angkasa dalam arti mampu menjelajah antar planet ketika dia sudah mampu menciptakan sulthon yaitu
daya atau kekuatan yang berupa pesawat ruang angkasa (mestinya sejenis Piring Terbang, karena
dengan bentuk seperti cakram akan bergerak ke segala arah dengan cepat. Bentuk itu mirip dengan
bentuk galaksi).
Dengan penjelajahan antar planet demikian akan diketahui bahwa ternyata disana juga berpenduduk
manusia sebagaimana yang ada di Bumi ini. Jika hal itu telah dibuktikan berarti orang mau tidak mau
harus mengakui akan kebenaran Al Qur?an. Kalau sekarang ini orang baru mempercayai, tapi nantinya
akan meyakini. Maka dengan begitu juga akan muncul teori-teori baru dan bahkan mungkin akan
menggagalkan teori lama yang semula sudah dianggap benar, karena sudah tidak cocok lagi dengan
kenyataan yang ada.
Sekarang ini manusia Bumi baru bisa mendarat di Bulan dan ada yang mendarat di Planet Mars tetapi
tanpa awak. Tunggulah perkembangan berikutnya kalau memang anda tidak percaya dengan informasi
dari Ayat Al Qur?an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar